met berkunjung

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

21 Agustus 2011

DODOL BETAWI





Bagi masyarakat Betawi, proses pembuatan dodol tersirat makna sosial di dalamnya. Proses pembuatannya yang sulit dibutuhkan semangat bergotong royong dan semangat kebersamaan. Dari sini lah dibutuhkan kerja sama dan secara tidak langsung tali silaturahmi antar keluarga makin erat terjalin.
Tapi kini, sudah tidak ada keriangan membuat dodol betawi yang khas itu, bukan hanya saya yang berasal dari masyarakat Betawi di Bekasi, ketika mengunjungi keluarga yang berasal dari masyarakat Betawi lain seperti di Jakarta, punya cerita yang sama. Mungkin adanya kesibukan masing-masing keluarga, atau adanya pergeseran kebiasaan yang tidak bisa dipertahankan dari tahun ke tahun semakin menghilang karena satu atau lain sebab.
MASYARAKAT Betawi yang tinggal di Kota Bekasi, ternyata tidak menghilangkan tradisi membuat makanan khas setiap menjelang Lebaran. Salah satu makanan yang menjadi favorit dan hanya dibuat khusus menjelang Lebaran saja adalah dodol Betawi.
Dodol Betawi dibuat dari gula aren, tepung beras ketan, dan santan yang dimasak dalam waktu cukup lama. Aroma gula arennya amat terasa. Rasanya legit dan cukup banyak penggemarnya karena jarang bisa ditemui pada hari biasa. Dodol ini biasa diberikan kepada tamu undangan sebagai besek atau buah tangan dari empunya hajat.

Tips membuat dodol Betawi

Gula aren rebus terlebih dulu hingga mencair, kemudian dicampur santan di dalam wajan berukuran besar. Setelah menunggu sampai mendidih, ia memasukkan beras ketan yang sudah digiling menjadi tepung.
Supaya berasa gurih, beras ketan harus kualitas terbaik. Dodol yang dihasilkan tidak lengket di tangan saat dipegang, dan kenyal di tenggorokan saat ditelan.
Pembuatan dodol Betawi memang cukup menguras tenaga karena harus diaduk terus menerus sekitar 5 jam lamanya untuk satu wajan berukuran besar. Dodol yang sudah matang berwarna merah kecoklatan. Untuk satu wajan, bisa dibagi menjadi 25 besek dengan harga jual setiap besek Rp 30 ribu, dan harga satu wajan Rp 750 ribu- Rp 800 ribu. Selama menjelang Lebaran, ia bisa membuat lebih dari 50 wajan.
Beberapa mahasiswa Indonesia di luar negeri sering membawa dodol Betawi buatannya. Ia mencontohkan anak Ustadzah Suryani, warga Pondokgede, selalu membawa dodol buatannya ke Swiss saat kembali liburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hubungi via :