
B. Keistimewaan
Pagi hari ataupun menjelang senja merupakan waktu paling baik untuk mengunjungi Danau Limboto. Pada waktu-waktu seperti ini, pengunjung dapat melihat permainan warna alam yang disebabkan matahari terbit ataupun tenggelam, yang semakin mempercantik pesona Danau Limboto. Sementara itu, pemandangan di sore hari akan semakin menawan dengan burung-burung liar yang beterbangan bebas di danau. Mereka merupakan burung-burung liar yang tengah pulang dari pengembaraannya.

Jika lapar menyerang di tengah asyiknya menikmati pesona danau, pengunjung tidak perlu khawatir. Masyarakat nelayan sekitar danau ini menjual berbagai ikan bakar seperti nila, gabus, dan mujair, yang dapat disantap dengan sambal dabu-dabu. Ikan-ikan bakar hasil olahan nelayan setempat ini dijamin segar, karena merupakan ikan hasil tangkapan sendiri.

C. Lokasi
Danau Limboto terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Indonesia.
D. Akses
Lokasi Danau Limboto dekat dengan Bandara Jalaluddin, sehingga membuat pengunjung dari luar Gorontalo tidak terlalu sulit untuk mencapainya. Dari Bandara menuju Danau Limboto dapat ditempuh dengan menggunakan taksi ataupun mobil sewaan yang banyak menunggu di sekitar bandara.
Berikut cerita rakyat tentang Danau Limboto
Dahulu kala di daerah Limboto, Gorontalo, terdapat sebuah mata air yang
jernih dan dingin. Mata air ini jarang dijamah oleh manusia karena
terletak di tengah-tengah hutan yang lebat. Mata air inilah yang biasa
didatangi oleh para bidadari dari kayangan untuk mandi. Mata air ini
bernama Tupalo.
Pada suatu hari turunlah seorang jejaka dari kayangan, ia sangat tampan
dan perkasa. Ia bernama Jilumoto, yang artinya "seseorang yang menjelma
menjadi manusia". Ketika menyaksikan bidadari yang mandi di Tupalo, ia
menyembunyikan sayap salah seorang dari mereka. Ternyata sayap itu milik
seorang bidadari yang paling tua di antara yang lainnya yang bernama
Mbui Bungale. Saat mengetahui bahwa sayapnya hilang, Mbui Bungale tidak
dapat kembali ke kayangan. Selanjutnya ia bertemu dengan Jimuloto,
setelah saling berkenalan, Jimuloto mengajaknya untuk menikah dan
tinggal di bumi. Akhirnya mereka pun menikah. Mereka kemudian memutuskan
untuk mencari tempat tinggal dan lahan untuk bercocok tanam. Akhirnya
mereka menjumpai sebuah bukit yang mereka beri nama Hantu lo Ti'opo atau
"bukit kapas". Di bukit inilah mereka mengolah tanah dan menanam aneka
tanaman yang dapat dimakan.


Ketika Mbui Bungale mendekati tudung, ia dihadang oleh empat pelancong
yang tak dikenalnya itu. Mereka kemudian berkata, "Wahai kalian berdua,
siapakah kalian sebenarnya, untuk maksud apa kalian mendatangi tempat
ini?"
"Saya Mbui Bungale, dan ini suami saya Jilumoto, kami bermaksud menjemput mustika dalam tudung itu." jawab Mbui Bungale.
Keempat orang itu dengan lantang menjawab, "Tidak seorangpun yang kami
ijinkan menjamah tempat ini, apalagi mengambil barang-barang yang ada di
sini, tempat ini adalah milik kami."
Mbui Bungale balik bertanya,, "Apa buktinya bahwa tudung itu milik kalian?"
"Lihatlah sepah pinang di atasnya, inilah buktinya," jawab salah seorang pelancong itu.

Pertama kali yang memperagakan kesaktiannya adalah orang yang dianggap
pemimpin dari mereka berempat. Sambil membentangkan tangannya dengan
lantang ia berkata, "Oh, mata air kami! Meluaslah kalian...." demikian
pemimpin rombongan itu memperagakan kesaktiannya, tapi tak terjadi
apapun di tempat itu. Air tak juga meluas, angin pun tak bergerak.
Mbui Bungale kembali tersenyum dan berkata dengan mereka berempat, "Ayo
keluarkan kekuatan kalian, buktikan jika mata air ini milik kalian. Atau
kalian telah menyerah dan mengaku kalah?"
Pemimpin rombongan itu berkata dengan nafas tersengal-sengal, "Jika kamu pemilik tempat ini, maka tunjukkanlah kemampuanmu!"

Air semakin tinggi dan mulai mencapai tempat keempat orang yang berada
di atas pohon kapak, dengan berteriak mereka memohon ampun pada Mbui
Bungale, wanita itu kemudian berkata, "Masihkah kalian mengakui tempat
ini sebagai milik kalian?" Keempat pelancong itu minta maaf kepada Mbui
Bungale dan mempersilahkannya untuk mengambil tudung mustika itu.

.
Sumber : http://www.ceritadongenganak.com/2015/08/cerita-rakyat-propinsi-gorontalo.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar