Warga Jakarta dan sekitarnya, terutama Bekasi dan Bogor, pasti
mengenal kawasan Cawang, Jakarta Timur. Kawasan ini merupakan ujung dari
Jl Gatot Subroto dan Jl MT Haryono di bagian timur. Melihat sejarahnya,
kawasan Cawang sudah ada sejak tahun 1759. Daerah ini dikembangkan oleh
seorang tentara Melayu berpangkat Letnan bernama Enci Awang. Entah
kenapa, lama-kelamaan setelah bermukim lama di sana bersama pasukannya,
kampung tersebut dinamakan Cawang.
Cawang memang sangat strategis. Pasalnya kawasan ini menghubungkan
beberapa ruas jalan utama di ibukota. Seperti Jl MT Haryono yang
mengarah ke pusat kota, Jl Raya Bogor menuju bagian timur dan selatan
lalu Jl. DI. Panjaitan yang berujung di wilayah timur dan utara Jakarta.
Cawang juga menjadi pintu masuk warga yang berdomisili di pinggiran
Jakarta macam Bekasi dan Bogor, melalui jalan tol Cikampek dan Jagorawi.
Kedua jalur bebas hambatan yang terkoneksi dengan jalan tol dalam kota
dan JORR, ini membuat Cawang sangat mudah diakses.
Banyak kantor pemerintah dan BUMN berdiri di sepanjuang ruas jalan
utama Cawang. Sebut saja Wijaya Karya, Waskita, Nindya Karya, dan Perum
Perumnas. Bahkan beberapa perusahaan swasta nasional beroperasi di
sini, sebut saja Indo Mobil. Sayangnya, gedung-gedung di kawasan ini
sebagian besar sudah berumur, hanya satu-dua gedung masih terlihat
fresh. Banyak juga lahan kosong yang belum dikembangkan.
Jika dibandingkan kawasan yang dekat dengan pusat kota, perkembangan
kawasan Cawang terbilang lambat. Tak banyak pembangunan berlangsung
sejak krisis. Pengembang properti lebih senang menggarap pusat kota. Itu
dulu. Kini kondisinya sudah berbeda. Banyak pengembang properti yang
mulai melirik. Pasalnya lahan-lahan di kawasan pusat kota macam segitiga
emas Jl Sudirman-Jl Thamrin-Jl HR Rasuna Said terbasat dan kian padat.
Harganya pun meroket. Mau tak mau lahan yang berada di pinggir kota
jadi incaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar