met berkunjung

Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

23 Juli 2012

Mester Jatinegara

  

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa nama Jatinegara, sebuah kecamatan di Jakarta Timur, baru muncul pada tahun 1942. Yakni, pada awal masa pendudukan Jepang sebagai pengganti nama Meester Cornelis yang berbau Belanda.
Nama Jatinegara ‘negara sejati’ sebetulnya sudah dipopulerkan oleh Pangeran Ahmad Jakarta. Saat pangeran dan pengikutnya hengkang dari Sunda Kelapa dan keratonnya dihancurkan Belanda, sambil bersumpah untuk memerangi VOC, mereka mendirikan perkampungan yang diberi nama Jatinegara Kaum, di Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Jepang, pada saat bersamaan, juga merubah nama Batavia menjadi Jakarta, dari kata Jayakarta. Naman ini juga telah dipopulerkan Fatahillah, ketika ia dan balatentaranya mengusir pasukan Portugis dari Teluk Jakarta (22 Juni 1527).
Sebutan Meester Cornelis sendiri mulai muncul ke pentas sejarah kota Jakarta pada pertengahan abad ke-17 bersamaan dengan diberikannya izin pembukaan hutan di kawasan itu pada Cornelis Senen oleh VOC. Cornelis Senen adalah seorang guru agama Kristen dari Lontor, Pulau Banda.
Ketika tanah tumpah darahnya dikuasai kompeni (1621), Cornelis mulai bermukim di Batavia. Dia dikenal mampu berkhotbah, baik dalam bahasa Melayu maupun Portugis (Kreol). Sebagai guru ia biasa dipanggil meester yang berarti tuan guru. Hutan yang dibukanya juga dikenal dengan Meester Cornelis, yang oleh pribumi biasa disingkat mester.
Hingga sekarang masih banyak warga menyebut mester untuk Jatinegara atau Kampung Melayu. Termasuk para pengemudi angkot dan bus kota. Meester Cornelis dahulu merupakan kawasan yang berdiri sendiri dan tidak dalam pemerintahan Batavia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hubungi via :